Sunday, October 17, 2010

Trip to Madiun [III]

Akhir dari trilogy Trip To Madiun

Hari ketiga dimulai pada waktu hari masih pagi - pagi benar. Pukul 04.30 kami sudah mulai bergegas, ada yang mandi, ada yang membuat minum, ada menyeterika pakaian. Memang kami harus bersiap - siap karena kami sudah harus berangkat menuju magetan pada pukul 05.30 WIB. Ibadah di GSJA Emaus dimulai pada pukul 06.30, sedangkan perjalanan kami memakan waktu selama kurang lebih 45 menit.

Perjalanan kami kali ini tidak didampingi oleh Usi Poppy karena beliau ada pelayanan di Ibadah Raya GSJA Air Hidup. Jadilah kami bertujuh didampingi oleh Mas Kirman menuju ke Magetan untuk pelayanan. Kami tiba di Magetan dalam waktu kurang lebih 40menit. Ternyata Mas Kirman harus kembali ke Madiun karena mobil yang kami tumpangi akan dipakai untuk antar jemput.

Ibu Pdt. Retno menyambut kehadiran kami pagi itu, beliau telah menyiapkan teh hangat bagi kami. Setelah minum teh, kemudian kami mempersiapkan diri untuk pelayanan pagi itu. Satu persatu jemaat mulai mengisi tempat - tempat duduk yang kosong.

Ibadah dimulai dengan dua pujian yang dipimpin oleh ibu Gembala yang kemudian diserahkan pada saya. Agak unik memang, tapi yah apa boleh buat. Pujian dilanjutkan kemudian ada persembahan pujian dari kaum muda GSJA Emaus. Mereka menaikkan pujian 'Kau Bebaskan' lagu dari album TW Glory To Glory yang menjadi lagu tema GSJA CWS Rajawali pada bulan Agustus kemarin. Dengan alat musik seadanya mereka berusaha memberikan yang terbaik buat Tuhan. Terlepas dari segala keterbatasan mereka, ada satu semangat yang mereka tunjukkan. Semangat untuk memberi yang terbaik pada Tuhan. Setelah itu dilanjutkan ke pemberitaan Firman Tuhan yang dibawakan oleh Pdt. Relly Christian Supit. Sebelum menyampaikan Firman Tuhan, Kak Relly memanggil tim untuk menyanyikan satu pujian. Lagu dari album yang sama seperti pujian yang dinyanyikan kaum muda GSJA Emaus. Untungnya lagu yang berbeda. Oiyah, ada satu kejadian lucu, ketika Ibu Pdt. Retno menyebut nama Kak Relly dengan nama Pdt. Rusli Supit pada saat doa sebelum ibadah. Untung dia menyadari kesalahannya dan segera mengoreksi menjadi Pdt. Relly Supit.

Kebenaran Firman Tuhan tersampaikan dengan baik kepada jemaat, terlihat dari respon mereka pada saat altar call. Selesai altar call, Ibu gembala menutup ibadah dengan doa berkat. Ibadah selesai sekitar pukul 08.35 WIB. Ternyata tanpa kami ketahui bahwa jam 09.00 akan ada ibadah sekolah minggu. Karena itu dengan tergesa - gesa ibu gembala mengajak kami makan (sarapan). Beberapa guru sekolah minggu juga diajak makan pagi, meskipun beda menu. Sudah menjadi kebiasaan disana, guru yang akan melayani, disediakan makan pagi dulu sebelum melayani. Selesai makan, kamipun juga harus segera kembali ke Madiun, bukan karena kami ingin cepat - cepat tidur atau ingin segera belanja - belanja mengingat ini hari terakhir kami di Madiun, tapi semata - mata karena mobil yang kami tumpangi akan dipakai lagi untuk antar jemput. Dengan keadaan perut kenyang, kami langsung naik mobil-yang ternyata Mas Kirman sudah menunggu- untuk kembali ke Madiun.

Sesampainya kami di Hotel Anugerah, ternyata kegiatan Sekolah Minggu masih berlangsung. Guru - guru serta anak - anak Sekolah Minggu sedang asik berfellowship ria. Kami sekalian langsung masuk menuju kamar kami masing - masing. Karena kami belum bisa kemana - mana, jadilah kami mendekam di dalam kamar selama beberapa lama. Kami baru keluar kamar setelah kegiatan sekolah minggu selesai dan ruangan telah dibereskan kembali.

Menjelang jam makan siang, Mas Kirman kembali menjemput kami. Tujuan kali ini adalah untuk membeli oleh - oleh serta makan siang. Kali inipun Usi Poppy tidak dapat mendampingi kami karena ada latihan untuk persiapan ibadah sore. Mas Kirman yang seharusnya bertugas sebagai singer, merelakan bentuk pelayanan singernya sore itu diganti dengan bentuk pelayanan menjadi supir kami. Mas Kirman mengantar kami ke toko oleh - oleh Mirasa. Nampaknya toko tersebut memang terkenal karena kami bukan satu - satunya orang yang belanja banyak disana.

Selesai membeli oleh - oleh yang segambreng -tempat tersebut benar-benar membuat kami gelap mata- karena masing - masing memiliki daftar nama siapa yang akan mereka beri oleh - oleh, kami mencari tempat makan siang. Sayangnya Mas Kirman yang lebih gemuk dari Usi Poppy ternyata kurang jago soal wisata kuliner sehingga sulit bagi kami untuk menentukan tempat makan. Akhirnya kami berhenti di Mbah Jingkrak -udah sampe Madiun makannya di Mbah Jingkrak kayak yang ada di jalan margonda-.

Selesai makan siang, ternyata Wilma masih penasaran mencari batik yang entah titipan atau ingin bawa oleh-oleh untuk orang tuanya. Mas Kirman memutar otak mencari toko yang menjual batik, coba bertanya ke Usi Poppy, ternyata Madiun tidak memiliki batik khas. Kalaupun ada itu pasti batik solo, begitu penjelasan dari Usi Poppy. Tapi ternyata Mas Kirman berhasil mengantar kami ke sebuah toko batik. Kami pun akhirnya belanja pakaian batik.

Mentari bersinar begitu terik, meskipun ada sekumpulan awan dilangit tapi tetap saja siang itu menjadi siang yang panas di Madiun. Dalam perjalanan menuju Hotel Anugerah, kami mendapati ada sebuah kedai es dan kamipun singgah untuk makan es di sana. Kedai tersebut menjual berbagai macam jenis campuran es yang diberi nama - nama yang unik. Ada es padang pasir, es cinderella dan beberapa nama lainnya (bahasa halusnya dari penulis lupa nama lainnya). Selesai makan es yang lembut, kami segera kembali ke Hotel Anugerah. Masuk ke kamar yang dingin di siang hari yang panas terik.

Saya sempat beristirahat sejenak, sebelum akhirnya memutuskan untuk mandi dan menyetrika baju untuk dipakai ibadah sore. Ibadah sore di GSJA Air Hidup, kali ini hanya Kak Relly yang pelayanan dalam bentuk khotbah. Kami yang lainnya tidak pelayanan, tapi kami semua akan menyanyikan pujian 'Doa bagi Bangsa'. Usi Poppy sudah titip pesan sebelumnya bahwa kami diharapkan hadir pada pukul 16.45 WIB, 15 menit sebelum ibadah dimulai.

Kami berjalan kaki menuju GSJA Air Hidup karena memang hanya berjarak beberapa meter dari Hotel Anugerah. Sesampainya di sana, sebagian tempat duduk telah diisi oleh jemaat yang akan beribadah. Ibadah pun dimulai, suasana yang begitu indah ketika pujian dinaikkan. Sungguh suatu suasan ibadah yang sangat memberkati saya dan teman - teman yang lain. Usi Poppy memimpin puji - pujian, diiringi oleh penari tamborin. Sampai pada pemberitaan Firman Tuhan yang disampaikan oleh Kak Relly. Ada satu kesalahan lagi ketika 2P, petugas 2P menyebut kami dari Bekasi. Tapi segera dikoreksi oleh Usi Poppy. Diakhir ibadah, kami diminta untuk berdiri di depan pintu keluar untuk berjabat tangan dengan jemaat.

Satu persatu jemaat keluar dari gereja dan kami mendapati begitu beragamnya jemaat yang datang. Ada yang muda, ada yang tua, ada pria, ada wanita, ada yang berpakaian rapih, ada yang berpakaian berantakan, ada yang murah senyum, ada yang pasang muka tegang, ada yang bersalaman menatap mata kami, ada yang bersalaman tapi tidak menatap, ada yang pincang, ada yang sulit berjalan, ada yang untuk berjabat tangan, tangan kirinya harus mengarahkan tangan kanan, ada yang menggelsot di lantai karena kakinya tidak dapat dipakai berjalan. Dengan begitu beragamnya dan terbatasnya fisik mereka, tapi mereka tetap rindu untuk datang beribadah kepada Tuhan. Ada rasa sedih, simpati, bahkan rasa tertemplak karena melihat kondisi fisik mereka yang dilampaui oleh semangat mereka. Melihat dari keadaan itu, saya berani menarik kesimpulan bahwa gereja ini benar - benar menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya tanpa mementingkan kelas - kelas sosial.

Satu lagi yang unik adalah ketika kami berdiri di depan pintu, ada seorang ibu berpakaian sederhana, dan penampilannya terlihat bersahaja. Kemudian ibu tersebut ikut berdiri berjejer bersama kami. Awalnya saya penasaran siapa ibu ini. Ternyata setelah selesai salaman, diketahui bahwa ibu tersebut adalah istri Pak Petrus yang tidak bukan adalah ibu gembala. Memang pada kunjungan pertama kami, kami tidak sempat bertemu.

Setelah selesai ibadah, kami kembali ke Hotel Anugerah untuk membereskan barang - barang kami. Saat - saat kepergian kami dari Kota Madiun semakin dekat. Selesai beres - beres, kami kembali ke Gereja Air Hidup untuk pamitan dengan Pak Petrus. Beliau meminta maaf atas kesalahan penyebutan yang dilakukan oleh staffnya. Dan beliau dan istri mendoakan kami untuk perjalanan kami pulang ke Depok. Ibu gembala menitipkan bumbu pecel untuk Kak Rahel, begitu juga dengan Usi Poppy yang menitipkan oleh-oleh untuk keluarga angel.

Sebelum pulang, Usi Poppy mengajak kami makan di restoran padang. Terasa berat kaki ini ketika menyadari kepulangan kami semakin dekat. Memang baru 3 hari kami di Madiun, tapi sambutan hangat yang kami rasakan benar - benar membuat kami kerasan. Makan yang banyak di restoran padang karena di kereta, kami tidak dapat makan malam. Selesai makan dengan kenyang, Usi Poppy, Mas Kirman dan beberapa staff mengantar kami ke stasiun Madiun. Tak terasa detik - detik kepergian kami makin mendekat. Bukan kami tak rindu pulang ke Jakarta tapi memang sungguh suatu pengalaman yang indah dan berharga perjalanan yang kami lakukan selama di Madiun.


Kami sempat menunggu kedatangan kereta Gajayana yang akan membawa kami ke Jakarta. Karena memang kami datang lebih awal. Di Kota seperti Madiun, mau kemana - mana hanya dalam hitungan menit, beda dengan Jakarta yang dalam hitungan jam. Ketika kereta datang, Mas Kirman, Usi Poppy serta staff gereja membantu kami menaikkan barang - barang kami yang begitu banyak. Kami benar - benar terlihat seperti orang yang hendak pulang kampung. Setelah barang - barang dimasukkan, kereta pun berangkat, lambaian tangan menjadi salam perpisahan kami dengan Usi Poppy, Mas Kirman, dan staff gereja Air Hidup. Saya langsung teringat kata - kata seorang missionari dari amerika beberapa tahun lalu yang pernah berkata "kalaupun kita tidak bertemu lagi di bumi ini, di surga nanti kita pasti bertemu lagi."


Mas Kirman - Ivan - Wilma - Della - Welly - Usi Poppy - Maureen - Kak Relly - Mas Gerry

Dengan penuh ucapan syukur saya duduk di kereta. Akhirnya kami kembali ke Jakarta. Kali ini saya lebih mudah untuk terlelap dibanding pada waktu berangkat. Saya memakai jaket dan menarik selimut untuk menutupi kaki saya sambil menikmati lantunan lagu pelan di telinga saya yang berasal dari headset blackberry saya.

Syukur kepada Tuhan perjalanan misi bisa terselesaikan dengan baik. Biaya yang secara matematis terhitung minus tapi Tuhan cukupkan bahkan ada lebihnya. Semua pelayanan bisa berjalan dengan baik tanpa ada masalah antar individu, kelompok bahkan sakit penyakit yang berarti. Saya bersyukur kalau kami bisa jadi berkat buat banyak orang dan saya mengucap syukur kalau orang - orang yang saya temui bisa jadi berkat bagi saya. Haleluyah!


••= F i n =••


NB:Catatan tetap dibuat berdasarkan pengalaman dan sudut pandang penulis :)

No comments:

Post a Comment